Ketika membaca sebuah kisah heroik, pernahkah Anda membayangkan
diri Anda menjadi tokoh protagonis yang bertemu dengan orang-orang
jahat lalu menghabisi mereka dan membawa kedamaian ke muka bumi? Atau
ketika Anda membaca kisah tentang seorang putri, pernahkah diri Anda
membayangkan bahwa Andalah sang putri yang ditolong oleh pangeran tampan
dari nenek sihir jahat? Jika ya, Anda tidaklah sendirian. Hasil
penelitian yang dilakukan oleh psikolog di Amerika Serikat menunjukkan
ketika kita membaca ketika kita membaca sebuah cerita ataupun novel,
tanpa sadar manusia akan mengadopsi banyak hal dari karakter pujaan kita
tersebut.
Fenomena yang dinamakan “pengambilan
pengalaman” oleh para ahli ini membuat pembaca akan mengadopsi tingkah
laku, cara berpikir, kepercayaan, serta respon internal dari tokoh
fiktif yang dibacanya. Bahkan, ada kalanya mereka benar-benar mengubah
tingkah laku dan cara pikir mereka agar menyamai tokoh fiksi yang mereka
sukai.
Para peneliti dari Ohio State University yang melakukan enam
jenis penelitian berbeda kepada 500 orang responden menemukan bahwa
dalam situasi tertentu, situasi pengambilan pengalaman dari cerita dapat
berkembang di dunia nyata secara temporer. Dari hasil penelitian mereka
ini, terlihat bahwa dalam cerita-cerita yang menggunakan kata ganti
orang pertama untuk sementara dapat mengubah cara pandang pembaca
terhadap diri mereka sendiri, lingkungan, bahkan dunia.
Dalam
sebuah eksperimen yang dilakukan oleh Geoff Kaufman, seorang peneliti
post doktoral di Laboratorium Tiltfactor, Dartmouth College, New
Hampshire dan rekannya Lisa Libby, asisten profesor psikologi di Ohio
State University, menemukan bahwa perbedaan waktu pengungkapan identitas
dan karakteristik tokoh di awal atapun di akhir cerita juga memiliki
makna penting dalam momen “pengambilan pengalaman” ini.
Ketika
seorang tokoh fiksi telah diungkapkan kepribadian maupun identitasnya
di awal cerita, pembaca akan merasa lebih sulit untuk masuk ke dalam
cerita dan merasakan diri mereka sebagai tokoh fiksi di cerita tersebut.
Dalam studi yang dipublikasikan di dalam Journal of Personality and Social Psychology
ini, mereka juga menemukan bahwa penting untuk merasakan pengalaman
seperti ini, pembaca harus tenang dan dalam kondisi nyaman, sehingga
dapat merasakan sendiri sensasi masuk ke dalam cerita.
Hal
menarik lainnya adalah, ketika pembaca diharuskan untuk membaca di
depan cermin, proses personifikasi pembaca menjadi tokoh akan berkurang.
Hal itu disebabkan karena setiap kali memandang cermin, mereka dibawa
masuk kembali ke dunia nyata, dan disadarkan kepada identitas asli mereka sesungguhnya.
Nah,
kali ini karakter apa yang ingin Anda selami? Bangsawan kaya di abad
pertengahan Inggris? Panglima perang yang tak pernah kalah di medan
pertempuran? Ataukah seorang anak miskin dari desa terpencil yang
berjuang demi meraih cita-citanya? [Tika/Mizan.com, Diolah dari: Medical Daily]
No comments:
Post a Comment